Amiruddin Yahya Azzawiy
Galat skrip: tidak ada modul tersebut "Unsubst".
Amiruddin Yahya Azzawiy | |
Born | 9 September 1975 (umur 49) in Langsa, Aceh, Indonesia |
---|---|
❤️ Spouse(s) | Galat skrip: tidak ada modul tersebut "If empty/bakpasir". |
Dr. Amiruddin Yahya Azzawiy, MA (lahir di Langsa, Provinsi Aceh, 9 September 1975; umur 45 tahun) atau akrab disapa Emi[1] adalah seorang akademisi,[2] penulis, dan intelektual publik[3] Indonesia. Sebagai Associate Professor dan dosen tetap di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Langsa,[4] ia juga pendiri organisasi Korps Alumni Zawiyah Cot Kala (Kopazka) IAIN Langsa. Owner Website azzawiy.id, reviewer[5] dan editor jurnal.
Selain Ketua Asosiasi Dosen Aceh,[6] Ia juga menjabat Ketua Umum Yayasan Dayah Bustanul Ulum Langsa[7] yang memiliki dua unit lembaga, yaitu; Pondok Pesantren Madrasah Ulumul Qur’an (MUQ) Langsa dan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Bustanul Ulum Langsa. Pada tahun 2017 dianugerahkan gelar kehormatan Azzawiy[8] oleh PP Kopazka IAIN Langsa.
Perjalanan karier[sunting]
Sejak SD 1 Inpres Matang Seulimeng, Amiruddin Yahya Azzawiy sudah bekerja membantu petani kangkung[9] dan menjual Es ganefo, kegiatan ini dikerjakannya setelah pulang sekolah atau pada saat libur. Kelas tiga Madrasah Tsanawiyah, ia menjadi tukang pangkas[10] rambut untuk membiayai sekolahnya. Tahun 1993, ia lulus MTs 13 Langsa dan MAN Langsa tahun 1996.[11] Pada era reformasi 1998 melanjutkan pendidikan di STAI Zawiyah Cot Kala Langsa. Lalu, ia terpilih sebagai ketua legislatif mahasiswa, yaitu; Majelis Perwakilan Mahasiswa (MPM) tahun 2001. Organisasi eksternal kampus, ia menjadi Ketua Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Langsa[12] dan jurnalis Surat Kabar Mingguan Meuligoe Timue. Pasca MoU (Memorandum of Understanding ) Helsinki, ia terpilih menjadi Ketua Panwaslih (Panitia Pengawas Pemilihan) PILKADA Kota Langsa.
Lulus Program Magister 2007 di IAIN SU, lalu menjadi Dosen Tetap IAIN Langsa,[13] kemudian menjabat ketua Prodi Pendidikan Agama Islam (PAI) tahun 2009. Selanjutnya pada tahun 2013 menjabat Ketua Umum Yayasan Dayah Bustanul Ulum Langsa.[14] Yayasan yang dipimpinnya dalam proses hukum perdata.
Pada tahun 2012 mendapat beasiswa tugas belajar program Doktor (S3) pada UINSU Medan. Setelah lulus tahun 2016, Emi diangkat menjadi Ketua Prodi Pendidikan Agama Islam (PAI) Pascasarjana IAIN Langsa. Pada tahun 2019 menjabat Wakil Dekan III Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) IAIN Langsa.
Ia aktif di lembaga atau organisasi, diantaranya LSM Piranti Bangsa, Intellectual Institute, Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Langsa, Himpunan Sarjana Pendidikan Agama Islam (PD-HSPAI) Provinsi Aceh, dan Aliansi Penyelenggara Perguruan Tinggi Indonesia (APPERTI) Wilayah Aceh. Selanjutnya Pada tahun 2021 ia juga dipercaya sebagai Ketua Dewan Pakar Badan Peneliti Independen Kekayaan Penyelenggara Negara dan Pengawas Anggaran Republik Indonesia untuk Provinsi Aceh. Ia juga mendapat penghargaan juara satu lomba Tulis karya Ilmiah HUT Mahkamah Agung ke 68[15] yang diadakan Pengadilan Negeri Langsa bekerjasama dengan PWI Aceh Timur, Kota Langsa dan Aceh Tamiang.
Gelar kehormatan[sunting]
Amiruddin Yahya Azzawiy dianugrahkan gelar "Azzawiy" oleh Pengurus Pusat Korps Alumni Zawiyah Cot Kala (PP Kopazka) IAIN Langsa. Gelar Azzawiy[16] diberikan karena dedikasi, loyalitas dan perjuangannya terhadap organisasi alumni dan almamater IAIN Langsa. Ia dianugrahkan gelar Azzawiy[17] pada tanggal 9 Juli 2017 di Kota Langsa - pengukuhannya dilakukan oleh Bahtiar Husin (ketua umum) dan Muhammad Mundzir Yns (sekretaris umum).
Amiruddin Yahya Azzawiy, orang pertama yang dianugerahkan gelar kehormatan, maka ia dapat disebut “Azzawiy al Ula”. Sejak dianugrahkan gelar tersebut, ia memakai gelar “Azzawiy” dibelakang namanya. Gelar “Azzawiy” bukan gelar akademik, namun sinopsis dedikasi, loyalitas dan perjuangan pada organisasi alumni dan almamater. Gelar “Azzawiy” bermakna “alumni Zawiyah Cot Kala”, gelar ini produk dari PP Kopazka IAIN Langsa. Kopazka tempat bernaung atau rumah besar alumni (lulusan) Zawiyah Cot Kala (abad 9 M), IAI Zawiyah Cot Kala (1980 M), STAI Zawiyah Cot Kala (1997), STAIN Zawiyah Cot Kala langsa (2006), dan IAIN Langsa (2014). Alumni “Zawiyah Cot Kala”, yang didirikan abad 9 Masehi melahirkan banyak alumni, yang populer diantaranya Syaykh Abdulah Kan’an, Meurah Johan, Malik as Salih, Meurah Gajah, Sunan Giri, Sunan Bonang, dan Sunan Gunung Jati.
Kehidupan pribadi[sunting]
Amiruddin Yahya Azzawiy anak keenam dari tujuh bersaudara. Ia lahir di Langsa pada tanggal 9 September 1975 dari pasanngan Muhammad Yahya dan Laibah. Kedua orang tuanya merupakan asli orang Aceh. Ayahnya, Muhammad Yahya bin Sulaiman bin T. Usuf Muda bin T. Malem Muda.
Ayahnya, kelahiran Idi, kabupaten Aceh Timur dan ibunya Laibah binti Syamaun kelahiran Matang Teupah, kabupaten Aceh Tamiang. Ayahnya wafat pada tahun 1997 dan ibunya wafat pada tahun 2003. Makam kedua orang tuanya di gampong Matang Teupah Kabupaten Aceh Tamiang.
Saudara kandungnya, yaitu; M. Saleh Yahya, Rusli Yahya, Zulfikar Yahya (alm), Bakhtiar Yahya (alm), Rivan Yahya (alm) dan Riris Fanidar Yahya. Ia memiliki istri bernama Indra Safriyati, S.Pd.I (almh), isterinya meninggal dunia pada hari Jum’at, 26 April 2019. Dari pernikahan dengan Indra Safriyati dikaruniai lima orang anak, yakni; Aqim Sultan Hanifan, Amisa Qaulan Tsakila, Zaki Sovereign, Zafran Aldric dan Haziq Adskhan. Ia menikah lagi pada tanggal 2 Juni 2020 dengan Ria Oktari.
Pemikiran[sunting]
Sebagai seorang ilmuwan pendidikan Islam dan sejarah,[18] salah satu bidang kajian Amiruddin Yahya Azzawiy sejarah Pendidikan Islam.[19] Ia menulis buku dan jurnal tentang Sejarah Pendidikan Islam yang diterbitkan oleh Perdana Publishing dan Miqot Jurnal Ilmu - ilmu Keislaman. Amiruddin Yahya Azzawiy juga seorang pengajar Pendidikan Islam, Psikologi dan Sejarah Pendidikan Islam di IAIN Langsa. Selain itu, ia juga terlibat sebagai reviewer di Jurnal Al- Ikhtibar Jurnal Ilmu Pendidikan dan editor Journal of Contemporary Islam and Muslim Societies dan penulis jurnal ilmiah.[20]
Pemikirannya progresif dan konstruktif, ia kritis dan aktif menyikapi persoalan pendidikan, sosial, sejarah, politik dan regulasi[21]. Ia mendorong proses pembangunan berjalan dengan baik, khususnya Aceh[22] dan Indonesia[23] pada umumnya. Sebagai akademisi, ia tertarik dengan sejarah karena sejarah[24] sumber learning, inspiration dan morality.
Pemikirannya menjadi perhatian publik Aceh, dan Indonesia pada umumnya, ia mengkrtitik secara filosofis, akademis dan historical.[25] Selain, mengkritik, ia juga memberikan ide,[26] solusi dan berbagi knowledge serta experience. Pemikirannya, selain ditulis media, juga dimuat dalam website pribadinya bernama azzawiy.id.
Kepemimpinan[sunting]
Sejak Madrasah Tsanawiyah, Amiruddin Yahya Azzawiy sudah terlihat bakat atau potensi memimpin. Ia loyal, humoris dan berintegritas sehingga disukai banyak teman-teman. Bakat pemimpin berkembang seiring waktu hingga menjadi seorang akademikus (akademisi) di IAIN Langsa.
Di kampus, ia dipilih sebagai komisaris kelas hingga berakhir perkuliahan pada STAI Zawiyah Cot Kala (sekarang IAIN Langsa). Setelah itu ia terpilih sebagai Ketua Umum Majelis Perwakilan Mahasiswa (MPM) yang pertama pasca reformasi hasil adopsi semi sistem trias politika Montesquieu. Pasca reformasi, organisasi intra kampus adopsi sistem negara demokrasi, yakni model separation of power. Organisasi mahasiswa prototipe miniatur negara dengan konsepsi separation of power. Ide ini muncul pasca runtuhnya kekuasaan politik Orde Baru. Karena, hakikat mahasiswa, secara ontologis sebagai iron stock – penerus estafet bangsa maka mesti belajar konsep trias politika dengan sistem pemisahan kekuasaan (Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif). Amiruddin Yahya Azzawiy salah seorang yang memformat ulang organisasi mahasiswa dan menyusun AD/ART untuk disesuaikan dengan konsep trias politika tanpa lembaga Yudikatif mahasiswa.
Amiruddin Yahya Azzawiy menjadi Ketua Majelis Perwakilan Mahasiswa pada era reformasi dan konflik Aceh yang berkecamuk antara Pemerintah Republik Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka. Konflik Aceh berakhir dengan konsepsi MoU (Memorandum of Undestanding) Helsinki. Setelah damai, Aceh melaksanakan PILKADA (Pemilihan Kepala Daerah) serentak seluruh Aceh tahun 2006. Ketika itu, Amiruddin Yahya Azzawiy tampil sebagai Ketua Panitia Pengawas Pemilihan (Panwaslih) Kota Langsa. Substansi tugas Panwaslih memastikan proses demokratisasi berjalan sesuai regulasi negara. Ia memimpin Panwaslih pada era transisi politik Aceh, dari konflik menjadi damai Aceh.
Selain memiliki kemampuan akademis, ia seorang leader dan konseptor lahirnya organisasi alumni perguruan tinggi dan organisasi profesi. Naluri memimpin semakin kuat ketika ia menjadi kader Himpunan Mahasiswa Islam. Ia founder organisasi alumni yang bernama Korps Alumni Zawiyah Cot Kala (Kopazka) IAIN Langsa tahun 2012. Ketika menjabat ketua umum, ia protes hilangnya nama “Zawiyah Cot Kala” pada saat alih bentuk dari STAIN Zawiyah Cot Kala Langsa menjadi IAIN Langsa.[27] Secara historical, ia berjuang untuk merawat sejarah bangsa[28]. Sebab, “Zawiyah Cot Kala” nama Universitas Islam tertua di Nusantara abad ke 9 Masehi. Ia berjuang agar nama “Zawiyah Cot Kala” ditabalkan dibelakang IAIN Langsa.[29]
Tahun 2013, ia diminta menjadi ketua umum Yayasan Dayah Bustanul Ulum Langsa[30] yang telah disahkan Kementerian Hukum dan HAM RI tahun 2010. Pada era sebelumnya, Ketua Yayasan adalah Pimpinan Daerah (Bupati atau Walikota), bukan ex officio, tetapi begitu yang berlaku secara outomatically. Yayasan ini populer di Aceh, Indonesia dan manca negara, terutama Pondok Pasantren Madrasah Ulumul Qur’an (MUQ) Langsa. Ia menata manajemen, menyelesaikan konflik, menertibkan aset dan melakukan pengembangan lembaga dari Akademi Kebidanan (AKBID) Bustanul Ulum Langsa menjadi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Bustanul Ulum Langsa tahun 2014.
Ia memimpin Yayasan Dayah Bustanul Ulum Langsa[31] ditengah konflik, dengan kemampuan leadership yang dimiliki, ia dapat menyelesaikan problematika yang muncul. Sampai saat ini, Yayasan dan unit lembaga (MUQ dan STIKes) masih berjalan normal tanpa ada gangguan, jikapun ada persentasenya kecil. Dilihat dari sisi kepemimpinan. Ia sosok fenomenal, memimpin pada masa transisi konflik Aceh dan Yayasan dalam persoalan keperdataan (hukum Perdata).
Karya[sunting]
Buku[sunting]
- Nursanjaya dan Amiruddin Yahya, Rancangan Penelitian Tindakan Dalam Bidang Pendidikan Dan Sosial, Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2010
- Amiruddin Yahya Azzawiy, Zawiyah Cot Kala Sejarah Pendidikan Islam Yang Hilang Di Nusantara, Medan: Perdana Publishing, 2019
- Amiruddin Yahya, Zulkarnain, dan Yaser Amri, Strategi Pencegahan Konflik Umat Beragama (Studi Kasus Pada Forum Kerukunan Umat Beragama Kota Langsa), Medan: Perdana Publishing, 2019
- Amiruddin Yahya, Muhammad. Mundzir Yns, dan Syamsuddin (ed), Antologi Kopazka Dalam Pusaran Waktu Meneguhkan Komitmen Dan Intelektualitas Korps Alumi Zawiyah Cot Kala Langsa (KOPAZKA) STAIN Zawiyah Cot Kala Langsa, Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2014
- Amiruddin Yahya, Hermansyah, Muhammad Mundzir Yns dan Yustizar, Episentrum Kepemimpinan Potret Alumni Perguruan Tinggi Dalam Ruang Publik, Langsa : Zawiyah Serambi Ilmu Pengetahuan, 2015
- Amiruddin Yahya Azzawiy, Dinamika Pemikiran Pendidikan, Psikologi dan Kepemimpinan, Medan: Perdana Publishing, 2018
- Amiruddin Yahya Azzawiy, Syamsuddin Bahrum, Yustizar dan Tajul Munir, Mengawal Demokrasi Kapasitas Panwaslih Aceh Timur Pada Pemilu 2019, Banda Aceh: Bandar Publishing, 2019.
Referensi[sunting]
- ↑ Galat skrip: tidak ada modul tersebut "citation/CS1".Galat skrip: tidak ada modul tersebut "Unsubst".
- ↑ Galat skrip: tidak ada modul tersebut "citation/CS1".
- ↑ Galat skrip: tidak ada modul tersebut "citation/CS1".
- ↑ Galat skrip: tidak ada modul tersebut "citation/CS1".
- ↑ Galat skrip: tidak ada modul tersebut "citation/CS1".
- ↑ Galat skrip: tidak ada modul tersebut "citation/CS1".
- ↑ Galat skrip: tidak ada modul tersebut "citation/CS1".Galat skrip: tidak ada modul tersebut "Unsubst".
- ↑ Galat skrip: tidak ada modul tersebut "citation/CS1".Galat skrip: tidak ada modul tersebut "Unsubst".
- ↑ Galat skrip: tidak ada modul tersebut "citation/CS1".
- ↑ Galat skrip: tidak ada modul tersebut "citation/CS1".Galat skrip: tidak ada modul tersebut "Unsubst".
- ↑ Galat skrip: tidak ada modul tersebut "citation/CS1".
- ↑ Galat skrip: tidak ada modul tersebut "citation/CS1".
- ↑ Galat skrip: tidak ada modul tersebut "citation/CS1".
- ↑ Galat skrip: tidak ada modul tersebut "citation/CS1".
- ↑ Galat skrip: tidak ada modul tersebut "citation/CS1".Galat skrip: tidak ada modul tersebut "Unsubst".
- ↑ Galat skrip: tidak ada modul tersebut "citation/CS1".
- ↑ Galat skrip: tidak ada modul tersebut "citation/CS1".
- ↑ Galat skrip: tidak ada modul tersebut "citation/CS1".
- ↑ Galat skrip: tidak ada modul tersebut "citation/CS1".
- ↑ Galat skrip: tidak ada modul tersebut "Citation/CS1".
- ↑ Galat skrip: tidak ada modul tersebut "citation/CS1".
- ↑ Galat skrip: tidak ada modul tersebut "citation/CS1".
- ↑ Galat skrip: tidak ada modul tersebut "citation/CS1".
- ↑ Galat skrip: tidak ada modul tersebut "citation/CS1".
- ↑ Galat skrip: tidak ada modul tersebut "citation/CS1".
- ↑ Galat skrip: tidak ada modul tersebut "citation/CS1".
- ↑ Galat skrip: tidak ada modul tersebut "citation/CS1".
- ↑ Galat skrip: tidak ada modul tersebut "citation/CS1".
- ↑ Galat skrip: tidak ada modul tersebut "citation/CS1".
- ↑ Galat skrip: tidak ada modul tersebut "citation/CS1".
- ↑ Galat skrip: tidak ada modul tersebut "citation/CS1".
Pranala luar[sunting]
This article "Amiruddin Yahya Azzawiy (akademikus Indonesia)" is from Wikipedia. The list of its authors can be seen in its historical and/or the page Edithistory:Amiruddin Yahya Azzawiy (akademikus Indonesia). Articles copied from Draft Namespace on Wikipedia could be seen on the Draft Namespace of Wikipedia and not main one.